Radar
STARKARAENG - Teknologi radar buatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) siap untuk diproduksi massal. Hasil Uji coba menunjukkan radar pantai yang sulit disusupi musuh ini memiliki kemampuan setara buatan luar negeri.
Kepala peneliti Radar LIPI, Masyuri Wahab, mengatakan pengujian perangkat bernama Indonesia Sea Radar (ISRA) dilakukan sejak tahun 2010 di kawasan Selat Sunda. Pada pengujian tersebut, tiga unit radar dipasang di tempat terpisah untuk memantau lalu lintas laut. "Hasilnya cukup baik," ujar Masyuri, Kamis lalu.
Meski telah bekerja baik, LIPI terus mengembangkan kemampuan radar ini dengan beberapa penyempurnaan. Perangkat lunak ISRA akan dimodifikasi sehingga mampu menampilkan data secara lebih efisien. Sementara, dari segi perangkat keras, radar compact ini telah menunjukkan penampilan terbaiknya.
Sejak 2006, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI telah mengembangkan ISRA. Pengembangan radar dimasukkan sebagai salah satu penelitian unggulan LIPI yang diharapkan bisa membantu sistem pertahanan nasional. Radar buatan dalam negeri ini dapat digunakan untuk memantau lalu lintas laut dan mengawasi garis pantai dan perbatasan laut.
Pengembang merancang ISRA sebagai alat yang compact. Seluruh peralatan elektronik radar dimuat ke dalam antena kecil berukuran 160x60x50 sentimeter. Pengendalian radar dilakukan menggunakan komputer pribadi dibantu oleh perangkat lunak pengolah sinyal yang dikembangkan secara khusus. "Rancangannya ringkas, berbeda dibandingkan radar buatan luar negeri," kata Masyuri.
Saat beroperasi, ISRA berputar 40 kali dalam satu menit ke segala arah dengan daya pancar rendah sebesar satu watt. Jangkauan maksimal perangkat ini mencapai 64 kilometer. Namun, radar ini bekerja optimal pada jarak 22 kilometer saat ditinggikan pada menara 40 meter. Radar sendiri mampu mengenali objek berukuran enam meter yang berada pada jarak tiga kilometer.
Keunggulan lainnya, ISRA termasuk sebagai "quiet radar" sehingga sulit disusupi musuh. Radar ini juga sulit dideteksi oleh pemindai dan tak mengganggu sistem radar lain. Kemampuan doppler yang ditanamkan pada perangkat bisa digunakan untuk mengukur arah gerak kapal laut.
Penelitian Masyuri selama lima tahun itu menelan biaya Rp 4 miliar. Pada tahun keenam, LIPI menyatakan siap memasarkan produk yang seluruh bagiannya dirancang dan dirakit di Indonesia. Dengan keunggulan rancangan dan daya jangkau yang lebih baik dibandingkan produk buatan luar negeri, ia berharap militer dan Kementerian Perhubungan melirik ISRA. "Harganya mampu bersaing dengan buatan luar negeri," katanya.
Saat ini, LIPI telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT INTI yang akan memproduksi massal radar ini. Pembelian unit radar oleh pemerintah, kata Masyuri, merupakan bentuk apresiasi terhadap jerih bangsa sendiri. Selain itu, keuntungan yang didapatkan dari penjualan radar akan dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan peralatan radar yang lebih canggih sehingga bisa saja diekspor ke luar negeri.
Sebelumnya, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata, mengungkapkan kebutuhan radar pantai mencapai 800 unit. Selama ini, Indonesia terus bergantung pada teknologi radar luar negeri, padahal peneliti Indonesia mampu membuat radar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar